UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MELAKUKAN OPERASI PERKALIAN DAN PEMBAGIAN
MELALUI PERMAINAN TRADISIONAL DAKON PADA SISWA KELAS IV SDN GENENGAN 2
KAWEDANAN
Oleh
GALIH HANA
SATYA NUGRAHA
PGSD VII C
NPM 09141088
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
IKIP
PGRI MADIUN
2013
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika
adalah suatu alat untuk mengembangkan cara berfikir yang memfokuskan pada
proses pemecahan masalah. Untuk mengembangkan cara berfikir tersebut diperlukan
profesionalitas guru dalam pembelajaran. Namun kenyataannya masih banyak guru
yang kurang memadai pengetahuan tentang model-model pembelajaran, kurangnya
keterampilan dalam pembelajaran, kurangnya kreatifitas dan inovasi dalam
implementasi pembelajaran. Sehingga yang terjadi adalah siswa tetap pada
paradigma bahwa matematika itu membosankan dan menakutkan.
Berdasarkan
refleksi di SDN Genengan 2 Kabupaten Magetan dengan kompetensi dasar “melakukan
operasi perkalian dan pembagian” menunjukkan bahwa pembelajaran yang
dilaksanakan selama ini belum mencapai hasil yang maksimal. Hasil prestasi
peserta didik masih dibawah tingkat ketuntasan belajar (KKM). Hal itu
disebabkan oleh banyak faktor, antara lain metode yang digunakan dalam materi
pembelajaran tersebut kurang sesuai, motivasi guru terhadap belajar siswa masih
kurang, masih kurangnya buku-buku matematika di sekolah, pemanfaatan media/alat
peraga yang belum maksimal, sehingga membuat rendahnya minat siswa dalam
mengikuti pembelajaran matematika. Di sisi lain perhatian orang tua terhadap
anak dalam belajar dirumah juga masih kurang.
Berdasarkan ketidakberhasilan
pembelajaran matematika tersebut, maka peneliti berpendapat bahwa
kekurangmampuan peserta didik dalam memahami konsep perkalian dan pembagian
dapat diantisipasi melalui pembelajaran matematika dengan permainan tradisional
“DAKON”. Hal tersebut peneliti terapkan dengan alasan bahwa untuk memahami
konsep perkalian dan pembagian, maka peserta didik harus memahami penjumlahan
dan pengurangan, karena perkalian merupakan penjumlahan berulang, sedangkan
pembagian adalah pengurangan berulang. Oleh karena itu, pembelajaran matematika
tentang operasi perkalian dan pembagian dengan menerapkan suatu permainan
tradisional Dakon akan lebih menarik perhatian peserta didik, karena peserta
didik akan mengikuti pembelajaran dengan aktif, menantang, sesuai tahap
perkembangan anak, serta kontekstual, yaitu dengan memanfaatkan benda-benda
konkret yang dapat diperoleh dengan mudah dilingkungan sekitar, serta
menyenangkan.
B.
Identifikasi
Masalah
Hasil pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran
Matematika di kelas IV SDN Genengan 2
menunjukkan bahwa :
1.
Pembelajaran
masih berpusat pada guru sebagai satu-satunya sumber belajar.
2.
Kurangnya
motivasi guru terhadap siswa.
3.
Media
pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi sehingga pembelajaran
terkesan sangat monoton.
4.
Kurangnya
buku-buku matematika yang tersedia.
Dari identifikasi masalah-masalah diatas maka
dapat disimpulkan bahwa kualitas dan hasil belajar masih rendah. Hal ini
disebabkan media pembelajaran kurang menarik.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa pokok
permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah penerapan permainan
tradisional Dakon dalam pembelajaran matematika?
2.
Apakah terjadi peningkatan kemampuan
melakukan operasi perkalian dan pembagian yang signifikan melalui penerapan
permainan tradisional Dakon?
D. Tujuan Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini bertujuan:
a.
Tujuan Umum
Untuk meningkatkan
kemampuan melakukan operasi perkalian dan pembagian melalui permainan
tradisional Dakon.
b.
Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan
penerapan penerapan permainan tradisional Dakon dalam pembelajaran matematika
b. Mengetahui
peningkatan kemampuan peserta didik dalam melakukan operasi perkalian dan
pembagian melalui permainan tradisional Dakon.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:
1.
Manfaat teoritis
Hasil
penelitian secara teoritis diharapkan dapat memberikan masukan dalam
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan dengan masalah
peningkatan kemampuan memahami konsep perkalian dan pembagian melalui permainan
tradisional Dakon dalam pembelajaran matematika.
2.
Manfaat praktis
Penelitian ini memiliki
manfaat praktis bagi:
a. Bagi
peneliti
Dapat memberikan
sumbangan pemikiran berupa metode dan langkah-langkah perbaikan pembelajaran
melalui penerapan permainan tradisional Dakon dalam pembelajaran matematika,
khususnya dalam operasi perkalian dan pembagian.
b. Bagi
siswa
Dapat digunakan sebagai
motivasi belajar agar prestasi belajar matematika dapat lebih meningkat.
c. Bagi
sekolah
Sekolah dapat
meningkatkan mutu dan prestasi siswa dalam pembelajaran matematika.
d. Bagi
guru
1).
Dapat memotivasi guru dalam mengelola pembelajaran dengan memperhatikan
kemampuan awal siswa.
2).
Dapat memberikan alternatif pada guru
dalam memilih metode pembelajaran sebagai sarana untuk meningkatkan prestasi
siswa dalam pembelajaran matematika.
3). Dapat memberikan wawasan kepada guru dalam
menanamkan konsep matematika.
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A. Kajian Teori
1.
Pengertian
Peningkatan
Kata
peningkatan atau meningkatkan merupakan kegiatan peneliti membangun atau
mengusahakan tercapainya suatu kemampuan yang lebih baik dari sebelumnya.
Peneliti berupaya meningkatkan kemampuan peserta didik dalam melakukan
perkalian dan pembagian melalui permainan tradisional Dakon. Sehubungan dengan
hal tersebut maka dalam penelitian ini, peneliti mengadakan kegiatan
pembelajaran dengan disertai pemberian bimbingan secara langsung terhadap
peserta didik, dalam bentuk petunjuk, nasehat, ajakan, perintah, pemberian
contoh atau latihan, agar peserta didik benar-benar belajar sehingga tercapai
hasil belajar yang optimal.
2.
Pengertian
Kemampuan
Kemampuan
berasal dari kata mampu yang berarti kuasa, sanggup melakukan sesuatu.
Kemampuan berarti menguasai, dalam kaitan ini kemampuan dapat diartikan adanya
tingkat penguasaan baik yang bersifat pengetahuan, pemahaman, maupun
keterampilan dalam melakukan operasi perkalian dan pembagian.
3.
Pengertian
Belajar
Belajar
merupakan adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000;143). Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan tingkah
lakunya. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat
orang belajar maka responnya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak
belajar responnya menjadi menurun. Sedangkan menurut Gagne belajar adalah
seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati
pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru (Dimyati, 2002-10). Sedangkan menurut
kamus umum bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha (berlatih, dsb) supaya
mendapat suatu kepandaian.
Menurut
Slameto (1991:22) “Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan menurut Winkel
(1984:162) mengutarakan pengertian belajar suatu proses mental yang mengarah
kepada penguasaan, kecakapan/skill, kebiasaan atau sikap yang semuanya
diperoleh, disimpan dan dilaksanakan sehinnga menimbulkan tingkah laku yang
progresif dan adaptif.
Dari
pengertian belajar tersebut di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa,
belajar adalah usaha secara fisik dan mental dengan cara mengetahui dan
memahami apa yang diperoleh kemudian dilaksanakan, sehingga tercipta suatu
tingkah laku menuju perkembangan secara utuh. Belajar dalam penelitian ini
diartikan segala usaha yang diberikan oleh guru agar mampu menguasai apa yang
telah diterimanya dalam hal ini adalah belajar perkalian dan pembagian
bilangan.
4.
Pembelajaran
Matematika
Pembelajaran
matematika adalah proses pemberian pengalaman belajar kepada peserta didik melalui
serangkaian kegiatan yang terencana sehingga peserta didik memperoleh
kompetensi tentang bahan matematika yang dipelajari. Selanjutnya dijelaskan
bahwa salah satu komponen yang menentukan ketercapaian kompetensi adalah
penggunaan strategi pembelajaran matematika, yang sesuai dengan (1) topik yang
sedang dibicarakan, (2) tingkat perkembangan intelektual peserta didik, (3)
prinsip dan teori belajar, (4) keterlibatan aktif peserta didik, (5) keterkaitan
dengan kehidupan peserta didik, (6) pengembangan dan pemahaman penalaran
matematika. Beberapa strategi pembelajaran matematika yang kontruktivistik dan
dianggap sesuai, antara lain; (1) problem
solving, (2) problem posing, (3) open-ended problem, (4) mathematical
investigation, (5) guided discovery, (6) contextual learning, (7) cooperative
learning. Pembelajaran matematika di sekolah dasar berfungsi mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta
ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran matematika di
SD dapat bermanfaat untuk membentuk pola pikir matematis yang sistematis,
logis, kritis dengan penuh kecermatan.
5.
Permainan
Tradisional Dakon
Dakon
adalah permainan tradisional yang diambil dari bahasa Jawa. Dalam bahasa
Indonesia disebut permainan congkak atau congklak. Congkak adalah lokan yang
dipakai untuk permainan, ada bermacam-macam seperti baiduri, putih, dsb ;
permainan dengan kulit lokan (biji-bijian dsb) dan kayu yang bentuknya seperti
perahu yang berlubang-lubang (di jawa disebut dakon).
Permainan
congkak/congklak merupakan permainan yang dimainkan oleh dua orang yang
biasanya perempuan. Alat yang digunakan terbuat dari kayu atau plastik
berbentuk mirip perahu dengan panjang sekitar 75 cm dan lebar 15 cm. Pada kedua
ujungnya terdapat lubang yang disebut induk. Diantara keduanya terdapat lubang
yang lebih kecil dari induknya berdiameter kira-kira 5 cm. Setiap deret
berjumlah 7 buah lubang. Pada setiap lubang tersebut diisi dengan kerang atau
biji-bijian sebanyak 7 buah.
Dalam
peembelajaran matematika materi perkalian dan pembagian dengan permainan
dakon/congkak/congklak ini, tidak menggunakan aturan baku dalam permainan
dakon, tetapi aturan dimodifikasi dan disesuaikan kebutuhan untuk tujuan
mencapai kompetensi peserta didik tentang melakukan operasi perkalian dan
pembagian, sebagai berikut:
1. Permainan
dilakukan oleh dua orang peserta didik (kelompok berpasangan)
2. Masing-masing
kelompok mengambil lokan berupa biji-bijian atau kerikil, kelereng, kulit
kerang dan lain-lain sebanyak 100-150 butir
3. Dalam
permainan ini, anggota kelompok bekerja sama dan berkompetisi. Satu anggota
kelompok memegang dan memainkan, sedangkan satu anggota lainnya memberi soal,
menulis jawaban, dan menilai temannya yang sedang bermain.
B. Kerangka Berpikir
Pada umumnya setiap kelas terdiri dari
beberapa siswa yang kemampuan daya
serap, latar belakang dan pengalaman yang berbeda. Dalam proses pembelajaran guru hendaknya menggunakan
media yang tepat
sehingga
siswa menumbuhkan minat belajar dan membuat pembelajaran menjadi lebih inovatif.
Sekolah memiliki banyak potensi yang dapat
ditingkatkan untuk menunjang keberhasilan suatu program pengajaran. Potensi
yang ada disekolah, yaitu semua sumber daya yang dapat mempengaruhi hasil dari
proses pembelajaran misalnya guru, siswa, dan fasilitas yang ada.
Keberhasilan suatu program pengajaran tidak
hanya disebabkan oleh guru saja tetapi perlu adanya
pendukung seperti buku-buku, media pembelajaran atau bahkan pembelajaran yang
melibatkan permainan. Dalam hal ini penerapan permainan Dakon dapat
meningkatkan kemampuan memahami konsep perkalian dan pembagian pada kelas IV
SDN Genengan 2, Kawedanan.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilakukan selama 5 bulan terhitung mulai bulan Februari hingga bulan Juni
tahun 2012.
Tempat penelitian ini dilakukan di SDN Genengan Kecamatan Kawedanan Kabupaten Magetan. Alasan penulis memilih sekolah ini
karena :
1.
Di
tempat penelitian tersebut terdapat masalah
yang mencerminkan karakteristik masalah yang akan diteliti.
2.
Sejauh
ini belum ada penelitian serupa yang dilakukan di tempat penelitian tersebut,
sehingga hasil penelitian ini akan mengungkap sesuatu yang baru.
B. Subyek Penelitian
Subjek penelitian ini
adalah siswa kelas IV SDN Genengan, Kecamatan Kawedanan, Kabupaten Magetan,
semester 1, tahun pelajaran 2012/2013. Dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa. Terdiri dari 13 siswa
perempuan dan 17 siswa laki-laki.
C. Prosedur Penelitian
1.
Rancangan Penelitian
Wina
Sanjaya, (2009:26) mengemukakan bahwa penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian tindakan kelas “Penelitian
tindakan kelas merupakan suatu proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam
kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut
dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata
serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut”.
Suharsimi
Arikunto, (2006:16) mengemukakan bahwa
dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat tahapan, yaitu tahap
perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi.
Rochiati Wiriaatmadja, (2009:13)
mengemukakan bahwa penelitain tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru
dapat mengorganisasikan kondisi praktek pemeblajaran mereka, dan belajar dari
pengalaman mereka sendiri.
Gb 3.1 Model tahapan penelitian tindakan kelas
Perencanaan
|
SIKLUS I
|
Perncanaan
|
Pengamatan
|
Pelaksanaan
|
Refleksi
|
?
|
Refleksi
|
Pelaksanaan
|
SIKLUS II
|
Pengamatan
|
Agar lebih jelas penulis maka harus diperhatikan hal –
hal berikut ini:
a.
Tahap perencanaa (planning)
Menurut
Suharsimi Arikunto, (2006: 17) Dalam tahap ini dijelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. PTK
dilakukan secara berpasangan atau kolaborasi. Pihak pertama melakukan tindakan
dan pihak kedua yang mengamati proses jalannya tindakan.
b.
Tahap pelaksanaan (acting)
Menurut Supardi, (2006:99) Tahap pelaksanaan merupakan
implementasi atau penerapan isi rancangan. Selama melaksanakan tindakan, guru
sebagai pelaksana tindakan harus mengacu pada program yang telah dipersiapkan
dan disepakati.
c.
Tahap pengamatan (observing)
Menurut Suharsimi Arikunto, (2006:19) Tahap pengamatan berjalan bersamaan
dengan saat pelaksanaan tindakan. Kegiatan
pengamatan dilakukan oleh pengamat atau observer
d.
Refleksi
(reflecting )
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali
apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi dilakukan ketika guru pelaksana
sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk
mendiskusikan implementasi rancangan tindakan
SIKLUS
I
1. Tahap
Perencanaan (planning)
Tahap perencanaan (planning)
meliputi sebagai berikut :
a.
Melakukan
observasi ke sekolah yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian.
b.
Mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi di kelas.
c.
Menentukan pokok bahasan.
d.
Menyusun silabus dan RPP.
e.
Mempersiapkan instrumen untuk
menganalisis data seperti : soal – soal matematika, pedoman penilain, format
penilaian.
2. Tahap
Pelaksanaan (actuating)
a.
Kegiatan awal
1).
Guru membuka pelajaran (memberi salam
dan presensi)
2).
Guru memberikan apersepsi (melakukan tanya jawab berkaitan dengan materi
yang akan diajarkan)
b.
Kegiatan inti
1). Guru menyiapkan peralatan permainan dakon
2). Guru membentuk kelompok belajar berpasangan
dengan tugas; (a) sebagai pemain, dan (b) sebagai penyampai soal dan penilai.
3). Guru menjelaskan aturan permainan kepada
peserta didik
4). Permainan selesai setelah kedua anggota
kelompok berpasangan melakukan permainan secara bergantian dan masing-masing
telah memperoleh nilai.
5). Pemenang dari permainan dakon, adalah pemain
yang memperoleh nilai lebih tinggi
6). Pemenang kelompok yang satu akan dipertemukan
dengan pemenang kelompok yang lain
7). Guru menyimpulkan materi yang sudah dibahas.
8). Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
yang dapat mendapat point yang baik.
c.
Kegiatan akhir
1).
Guru memberikan pesan moral
2). Guru menutup pelajaran (salam)
3. Tahap
Pengamatan (observing)
Observasi dilakukan secara kolaboratif antara pihak
I (peneliti) dan pihak II (guru). Pada tahap ini, pengumpulan data dilakukan
dengan pengamatan disertai pencatatan secara teratur terhadap obyek yang
diteliti. Data yang diamati adalah pencapaian prestasi siswa.
4. Refleksi
Dalam tahap ini peneliti menganalisa hasil
pengamatan yang diperoleh untuk menentukan langkah-langkah perbaikan pada
siklus berikutnya apabila ditemukan kelemahan maupun temuan-temuan lain yang
menyebabkan kesulitan pada siklus yang bersangkutan.
SIKLUS
II
Tahapan
dalam siklus II pada prinsipnya sama dengan tahapan dalam siklus I yang
meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan, dan refleksi.
Tindakan pada siklus II akan mengalami beberapa perubahan, didasarkan atas
analisis perubahan dan analisis refleksi pada siklus I. Perubahan yang
dilakukan pada siklus II ini dilakukan dengan harapan agar terjadi peningkatan
prestasi siswa dan kreativitas.
D. Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid, diperlukan suatu
metode atau alat pengumpulan data yang tepat. Pengumpulan data adalah prosedur
yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan ketepatan
penggunaan. Pengumpulan data sangat ditentukan oleh jenis data pada penelitian
yang akan dikumpulkan. Dalam penelitian ini dilalukan beberapa macam teknik
pengumpulan data:
a.
Tes
Muchtar Buchori
(dalam Ibadullah Malawi, 2009:11) tes adalah suatu percobaan yang diadakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya hasil-hasil pelajaran tertentu pada seseorang murid atau
tidaknya.
Test
merupakan serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh
individu atau kelompok. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data
kognitif yaitu melalui tes secara individu.
b. Observasi
Menurut Tatag Yuli
Eko Siswono (2008: 25) observasi merupakan segala peristiwa dan kegiatan yang
terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu.
Dalam penelitian
ini dilakukan observasi terhadap siswa untuk memperoleh data peningkatan
prestasi belajar siswa. Pengumpulan data dilakukan dengan lembar observasi
berbentuk cheklist.
E. Analisis Data
Data
yang sudah terkumpul selama penelitian, selanjutnya dianalisis sebagai berikut:
a.
Tes
Tes digunakan untuk
memperoleh data kognitif berupa data prestasi belajar siswa. Tes diberikan
dalam bentuk soal. Ketuntasan belajar siswa diperoleh dengan rumus sebagai
berikut:
Menurut Suharsimi Arikunto ( dalam Ike Retnawati, 2010 :
18)
Nilai = ∑skor yang
diperoleh x 100%
∑ skor maksimal
Siswa
dinyatakan tuntas belajar apabila memperoleh nilai ≥ 70 sesuai dengan Standart
Ketuntasan Belajar di SDN Petungrejo
Ketuntasan belajar siswa secara klasikal dihitung dengan
rumus sebagai berikut:
Ketuntasan klasikal = ∑siswa yang
tuntas belajar x 100 %
∑ seluruh siswa
Indikator ketuntasan belajar siswa secara klasikal
apabila 70% dari seluruh jumlah siswa dinyatakan tuntas belajar.
b.
Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data psikomotor
dan afektif, yaitu data mengenai unjuk kerja siswa dalam kegiatan kelompok dan
sikap siswa. Lembar observasi berbentuk checklist, data unjuk kerja siswa
dihitung dengan rumus:
Menurut Suharsimi Arikunto ( dalam Ike Retnawati, 2010 :
23)
Nilai unjuk kerja siswa = ∑skor yang
diperoleh x 100%
∑ skor maksimal
Kriteria pencapaian:
81%-100% :
sangat aktif
61%-80% :
Aktif
41%-61% :
cukup aktif
21%-40% : kurang aktif
Sedangkan untuk
Meningkatnya kreativitas siswa dalam pembelajaran Matematika yang dilihat adalah dalam membuat sebuah catatan selama
proses pembelajaran berlangsung dan dalam mengerjakan tugas kelompok. Cara
menghitung nilai keaktifan siswa berdasarkan lembar observasi untuk tiap
pertemuan adalah sebagai berikut :
Menurut Suharsimi Arikunto ( dalam Ike Retnawati, 2010 :
90)
Nilai = ∑skor yang diperoleh x
100%
∑ skor maksimal
Kriteria pencapaian:
81%-100% = sangat baik
61%-80%
= baik
41%-61% =
cukup baik
21%-40% =
kurang baik
F.
Jadwal penelitian
Tabel 3.1 Rincian Jadwal Penelitian
No.
|
Jenis
Kegiatan
|
Bulan
|
|||||||||||||||||||
Februari
|
Maret
|
April
|
Mei
|
Juni
|
|||||||||||||||||
Minggu
ke-
|
|||||||||||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1.
|
Pengajuan
judul
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
|
Pengajuan
proposal
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
|
Mengurus
surat ijin dari fakultas
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4.
|
Penyerahan surat ijin ke sekolah
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5.
|
Mengatur
jadwal penelitian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6.
|
Siklus 1
a.Perencanaan
b.Pelaksanaan
c.Pengamatan
d.Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7.
|
Siklus II
a.Perencanaan
b.Pelaksanaan
c.Pengamatan
d.Refleksi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8.
|
Pengolahan
data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
9.
|
Penyelesain
BAB I,II,III
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 komentar:
b agus...
daftar pustakanya mana mas?
Maaf, boleh tahu untuk kriteria ketuntasan klasikal yang 70% itu teorinya dapat dari mana ya? saya juga sedang mencari. boleh minta sumbernya?
Posting Komentar